Catatan Suram

Hanya berbagi sepucuk cerita kehidupan...

Penyesalan

Siang itu sang surya seolah memamerkan keganasannya,  saya kembali terlena dalam buai serta belaian tempat tidur hingga mengesampingkan kewajiban sebagai seorang pelajar yang harusnya sudah berada disekolah pada pagi hari. Ya, saya bangun kesiangan, tepatnya jam 11 lebih(itu udah siang kalee :D). Entah mengapa hal ini sering terulang dan terus berulang, perjuangan dan usaha maksimal untuk menghilangkan kebiasaan begadang sudah saya lakukan, namun nihil hasilnya.
Dengan bersusah payah saya mengumpulkan sedikit sisa-sisa kehidupan yang masih saya miliki dan berusaha beranjak dari tempat yang suram ini dan langsung bergegas ke kamar mandi untuk menghilangkan rasa malas. Sejenak saya berfikir apakah lanjut bermalas-malasan dirumah seharian atau kesekolah. Dan akhirnya putuskan untuk kesekolah walaupun jam sudah tak memungkinkan. Bukankah kata orang-orang tak ada kata terlambat untuk bertobat? eh belajar maksudnya :D
Singkat cerita, saat menunggangi sepeda motor kesayangan, dengan gagahnya bak seorang ksatria berkuda, saya lemparkan senyum kepada beberapa siswi-siswi manis ketika melewati gerbang sekolah tercinta. Entah mereka melihat senyum itu atau tidak karena saat itu saya menggunakan helm. Tapi yang pasti mereka tidak akan dihantui siang malam ketika melihat wajah saya waktu itu, karena sudah saya usahakan tersenyum semanis mungkin sesuai kemampuan yang saya miliki. Juga bahan dan properti yang digunakan tidak mengandung unsur serta tujuan berabahaya :D.
Setelah dari parkiran saya menuju kekelas untuk bertemu teman-teman tercinta, "wey kapala skolah !" itulah sapaan mereka ketika saya sampai didepan kelas. Sapaan itu sudah biasa saya dengarkan jika saya terlambat datang kesekolah, ada juga yang menambahkan "ngana kira ini skolah ngana pe nene punya?". Sapaan yang bermaksud ejekan itu saya tanggapi dengan senyum simpul khas leonardo de caprio dalam film titanic.
Selang beberapa saat datang seorang teman memberitahu bahwa ujian semester yang akan dilaksanakan pada hari senin dimulai jam 11.30. Yess, spontan saya teriak kegirangan ketika mendengar hal tersebut. Tentu saja keberuntungan kali ini berpihak pada orang-orang malas seperti saya. Tapi, kegembiraan itu keakan sirna secara misterius ketika teman saya melanjutkan bahwa beberapa guru menagih tugas serta tunggakan nilai ulangan harian yang belum dituntaskan. Jujur saja, setengah semester ini saya sering lalai sebagai seorang pelajar. Banyaknya absen serta tugas yang menumpuk seolah menjadi momok menakutkan bagi saya untuk mengahadapi ujian semester kali ini. Belum lagi, setengah semester ini saya lalui tanpa ada satupun materi yang saya kuasai dari semua mata pelajaran. Sungguh saat ini saya adalah orang yang paling merugi. Saya sia-siakan kesempatan serta waktu yang berharga selama 6 bulan hanya untuk bermalas-malasan.
Masihkah saya mencerminkan seorang pelajar? Bisakah saya mengulang waktu agar tak merasakan penyesalaan saat ini? Rasanya mustahil, waktu sudah berlalu, ujian sudah didepan mata. Yang bisa saya lakukan hanyalah memacu kembali keinginan serta semangat untuk belajar menghadapi ujian dan menyiapkan diri untuk bekerja keras mengerjakan tugas-tugas yang belum terpenuhi. Semoga saja saya mampu akan hal itu.
Inilah yang namanya penyesalan, datangnya selalu belakangan..

Tersadar

Kurang lebih sebulan yang lalu seorang sahabat yang sangat dekat telah berpulang. Ia dikembalikan ke alam sesuai ajaran dan kepercayaan yang dianut. Banyak yang berkabung terutama kami para sahabatnya.
Teman saya yang satu ini punya banyak keunikan serta cerita menarik untuk dibahas, begitu juga mimpi-mimpi dan keinginan yang ingin Ia capai untuk kehidupan dimasa mendatang. Sayangnya kenyataan tak semudah saat kita bermimpi. Kehendak alam tak mampu Ia tolak, kematian datang menjemputnya begitu cepat sebelum satupun dari banyaknya mimpi itu tercapai. Sampai saat ini saya sendiri masih tak habis pikir dengan kepergiannya, belum lagi penyebab kematiannya yang begitu tragis.
Begitu banyak cerita yang Ia tinggalkan bersama kami para sahabatnya, susah senang kami lewati. Kami senang, Ia susah. Ya, ini serius. Saya berani bertaruh, Ia orangnya lebih baik dari mereka para caleg yang baiknya hanya saat musim pemilihan. Banyak tingkah lakunya yang membuat saya kagum, tapi ada satu hal kecil yang saya sadari ketika Ia tak lagi bisa bersama kami. Hal kecil yang membuat saya merasa berdosa jika mengingatnya. Seolah saya ingin ditampar ribuan kali oleh tangannya agar saya dimaafkan atas kelakuan itu. Hal kecil tersebut membuat saya sadar agar kedepannya lebih menghargai orang lain terutama mereka yang dekat dengan saya.
Limpahan terima kasih untukmu teman, tenang dan damailah bersama doa yang selalu kami panjatkan untukmu.